Pejuang-pejuang
Wanita Mandar seperti : Puang Depu Arayang Balanipa yang ke-53, Haji
Maemunah Pance, St. Jala' Hamzah, Ruaidah Rauf, Rosmiani Achmad, Haji
Habibah Pawannari, Haji Ummihani Salam bukanlah barang baru di Mandar.
Di muka daripada pejuang-pejuang tersebut di atas terdapat : I Latta permaisuri Arayang Pamboang Ajuara, dan Haji Jamilah isteri Kaco Puang Ammana I Pattolawali Mara'dia Malolo Pamboang dan Banggae. Kedua Srikandi ini tetap mendampingi suaminya dalam keadaan aman maupun dalam keadaan perang bahkan sampai ke pengasingan. Keduanya sangat taat beragama ini dibuktikan dengan judul Haji yang telah berhasil dijunjungnya.
Selama dalam perang dan perjuangan melawan Belanda, tidak satupun kata yang diucapkan yang bernada penyesalan untuk merendahkan moral dan semangat suami dan pasukannya. Mereka melepaskan suaminya ke medan pertempuran dengan pesanan :
- Ingat terus kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Besarkan Moral dirimu dan pasukanmu.
- Kematianmu dan kematian pasukanmu adalah kematian yang paling mulia daripada segala macam kematian.
- Syahid bagimu karena lawanmu adalah orang-orang kafir dan anti Tuhan.
Sebelum goresan ini di akhiri, Penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) akan mengungkit sedikit bunyi komando salah seorang Wanita Pejuang 45 yang tersebut di atas dalam bahasa Mandar sebagai berikut "Moa' namunduro-o mie' Tommuane, alai mai lasomu" artinya "Jika laki-laki akan mundur dalam perjuangan ini, lebih baik kelaki-lakianmu serahkan kepada kami" Komando ini penulis (ANDI SYAIFUL SINRANG) yang termasuk pengikut beliau masih sempat mendengar dari mulut beliau sendiri. Jelasnya; Perjuangan kita belum selesai.
Hj. Puang Depu Arayang Balanipa gelar Ibu Agung
(Sumber : Buku MENGENAL MANDAR SEKILAS LINTAS, oleh ANDI SYAIFUL SINRANG, Penerbit Group "Tipalayo" Polemaju Mandar, Tahun 1980, halaman 47 s/d 48)
No comments:
Post a Comment